Weekly Sharing Series: Sampah Kota Yogyakarta


Setiap hari Selasa, GamaEARTH selalu berkumpul untuk membahas macam-macam. Membahasa berbagai program yang akan dilaksankan, cerita ke sana ke mari, dan yang pasti dilakukan adalah kegiatan Weekly Sharing. Setiap minggunya, kami secara bergiliran akan sharing mengenai kejadian alam atau fakta-fakta alam yang berhubungan dengan sustainable development kepada anggota GamaEARTH yang lainnya.

Minggu ini adalah giliran saya untuk sharing. Saya membahas mengenai sampah di kota dan permasalahan yang diakibatkan oleh sampah juga kenapa masalah sampah susah diselesaikan.

Kota Yogyakarta adalah kota dengan produksi sampah tinggi. Menurut data statistik, kota-kota di Indonesia memproduksi sampah rata-rata 0,5 kg sampah per orang per hari. Sedangkan Kota Yogyakarta memproduksi sampah sekitar 0,64 kg per orang per hari. Angka itu saya dapatkan dari perhitungan sederhana. Luas Kota Yogyakarta adalah 32,5 km2 sedangkan setiap hari dihasilkan sekitar 250 ton sampah.  Itu berarti setiap kilometernya dihasilkan sekitar 7700 kg sampah per hari. Dengan kepadatan penduduk sebanyak 12 000 orang/km maka didapatkan hasil bahwa setiap orang bertanggung jawab pada 0,64 kg sampah per hari.

Sampah-sampah yang dihasilkan itu oleh pemerintah Kota Yogyakarta dikirim ke TPA Piyungan yang berada di pinggir kota Yogyakarta. Untuk melakukan kegiatan tersebut, pemerintah mengeluarkan dana sebanyak 1,6 M rupiah per tahun. Bukan jumlah yang sedikit kan? Bayangkan dengan 1,6 M itu bisa beli berapa mangkuk bakso hayoo? (Kenapa bakso?) Kalau punya beribu-ribu mangkuk bakso beserta baksonya kita bisa kasih makan beribu-ribu orang miskin kan??

TPA Piyungan dan Sapi :3

Nah, terlepas dari masalah bakso, TPA Piyungan tidak menampung sampah dari Kota Yogyakarta saja, tapi juga dari kota-kota lainnya di sekitar Yogyakarta. Bahkan saya dengar, TPA Piyungan sudah overloaded. Lama-lama tidak ada tempat untuk menimbun sampah lagi, bukan tidak mungkin suatu hari nanti kita akan hidup dengan sampah karena tidak ada lagi lahan untuk menimbun sampah. Bagaimana rasanya membayangkan ketika bangun pagi, kita melihat sampah di kamar kita? Buka pintu, liat sampah. Buka kulkas, liat sampah. Sampah sampah sampaaaah!

Pada saat saya menjelaskan hal ini kepada teman-teman GamaEARTH yang lain, Upi menyeletuk,
“Mungkin selama ini kita diajarinnya salah. Kan waktu kecil kita selalu dikasih tau oleh orang tua, ‘Buanglah sampah pada tempatnya!’ nah berarti kan kalau kita sudah buang sampah pada tempatnya itu kesannya benar. Harusnya slogannya diganti jadi, ‘Jangan buang sampah, olahlah sampah sendiri!’”
Iya, itu benar, jadi sekarang mari kita mengubah sudut pandang kita. Jangan buang sampah, tapi olah sampah. Karena membuang tidak akan menyelesaikan masalah sampah, tapi dengan mengolah kita bisa mengurangi jumlah sampah yang dibuang, mengurangi jumlah alokasi dana untuk mengirim sampah ke TPA, turut serta dalam pemberdayaan masyarakat, dan bukan tidak mungkin juga menaikkan kesejahteraan masyarakat.

Bisa kan? Bisa tidak? Bisa lah yaaa :D

Nah ayo mulaaaaai! :D \m/

--melisa

2 comments:

  1. uwowww~ aku jadi malu nih di-quote segala. hahaha. iya, jadi kalau tiap orang mengolah sampahnya sendiri (ya minimal yang organik lah) dan sisanya dimanfaatkan ulang (dijual ke pengepul rongsokan lalu di daur ulang oleh pabrik besi tua) pasti TPA tidak menjadi gunungan sampah :)

    ReplyDelete
  2. Apasih upiii -3-
    iyaa, ayuuk mari marii :D
    -ubi-

    ReplyDelete